Ribuan massa saat kembali usai menyerang Desa Balinuraga Kecamatan
Waypanji Lampung Selatan, Lampung, Senin (29/10). Bentrok antar warga
pada hari kedua ini berakhir setelah empat orang warga Balinuraga tewas
ratusan rumah rusak dibakar oleh puluhan ribu massa dari Kecamatan
Kalianda.
Ribuan massa saat kembali usai menyerang Desa
Balinuraga Kecamatan Waypanji Lampung Selatan, Lampung, Senin (29/10).
Bentrok antar warga pada hari kedua ini
berakhir setelah empat orang warga Balinuraga tewas ratusan rumah rusak
dibakar oleh puluhan ribu massa dari Kecamatan Kalianda. KALIANDA–
Tragedi menyedihkan. Kalimat itulah yang pantas diungkapkan atas konflik
antarwarga di Lampung. Sejak bentrokan berbau SARA pecah Minggu lalu
(28/08), tercatat 14 warga dari kedua kubu menjadi korban dan 9 warga
lain mengalami luka. Selain menimbulkan korban, konflik juga
mengakibatkan 166 rumah warga di Desa Balinuraga dan Sidoreno serta 2
gedung sekolah ikut terbakar, 26 rumah mengalami rusak berat. Sebanyak
11 sepeda motorjugaikutdibakarmassa,lalu 1 mobil Isuzu Panther milik Dit
Shabara Polda Lampung, 1 mobil Honda CRV dan Strada pun menjadi korban
amuk massa. Laporan penambahan korban tewas diperoleh setelah polisi
menyisir perladangan dan perkebunan yang berada di sekitar Desa
Balinuraga, Kecamatan Waypanji,Lampung Selatan. Ke-10 korban yang
ditemukan merupakan korban bentrok hari kedua dan kesemuanya merupakan
warga Desa Balinuraga. Kepala Kepolisian Resor Lampung Selatan AKBP
Tatar Nugroho menjelaskan, para korban masih dalam proses identifikasi
di rumah sakit karena sebagian tubuh korban tidak utuh lagi akibat luka
akibat tusukan benda tajam dan hantaman benda keras. Adapun empat korban
lain adalah warga Kalianda yang tewas pada hari pertama bentrokan.
Mereka diidentifikasi atas nama Yahya bin Abdulah, 45, warga Kelurahan
Wayurang; Marhadan,35,warga Gunungterang; dan Alwin,35,warga Tajimalela.
“Satu lagi, Solihin, 35, warga Kalianda yang tewas saat mendapatkan
perawatan medis di RSU Abdul Moeloek Bandarlampung,” ujarTatar kemarin.
Hingga kemarin, aparat keamanan dari TNI dan Polri masih menyisir
sejumlah lokasi, terutama rumah, sawah, dan perladangan untuk mencari
korban lain. Selain itu, aparat yang berasal dari Polda Lampung, Polda
Banten,Polda Jawa Tengah,Polda Jawa Barat, dan Polda Metro Jaya juga
masih bersiaga untuk mengantisipasi kemungkinan bentrok susulan. Jumlah
total personel TNI dan Polri yang diturunkan untuk mengamankan bentrokan
mencapai 3.400 orang. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Suhardi
Alius menjelaskan, pascainsiden hari pertama, aparat kepolisian sudah
menjaga lokasi tawuran. Akan tetapi, di lapangan massa tetap merangsek
masuk lewat jalan-jalan tikus untuk menyerang salah satu pihak. “Maka
terjadilah lagi tawuran. Sebetulnya, penjagaan sudah ketat dan aparat
juga sudah cukup banyak.Tapi ada akses lain warga bisa masuk, tapi
sekarang kita sudah jaga aksesakses itu agar tak terjadi lagi bentrok,”
tutur Suhardi saat ditemui di Gedung MNC News Center,Jakarta,kemarin.
Selain pengamanan ditingkatkan, ribuan warga Desa Balinuraga dan
Sidoreno, Kecamatan Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan telah diungsikan
ke Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bandarlampung.Jumlah pengungsi yang
berdatangan sejak Senin malam hingga Selasa siang sudah mencapai 2.053
orang, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan wanita Pihak
Pemerintah Provinsi Lampung sudah membentuk tiga tim siaga. Wakil
Gubernur Lampung Joko Umar Said menjelaskan, tim yang terdiri atas
petugas kesehatan, penanggulangan bencana daerah, dan kepolisian bekerja
di lokasi kejadian dan lokasi evakuasi korban kerusuhan di Sekolah
Polisi Negara (SPN) Kemiling untuk menangani masalah kesehatan dan
sosial di wilayah tersebut.‘’Pemerintah menjamin keamanan dan segala
kebutuhan sehari-hari korban kerusuhan selama dalam
pengungsian,”jelasnya. Sementara itu Gubernur Bali Made Mangku Pastika
meminta masyarakat asal Pulau Dewata yang tinggal di Desa Balinuraga,
Lampung Selatan, mau dievakuasi sementara untuk menghindari adanya
korban jiwa akibat bentrok.Menurut dia, permintaan evakuasi berdasarkan
hasil komunikasi dengan Kapolda Lampung. “Saya diminta untuk membantu
membujuk masyarakat kita di Balinuraga untuk mau dievakuasi,”katanya.
krisiandi sacawisastra/ rahmat sahid/ rarasati syarief/ sudarsono/ayu
rachmaningtyas/ant Sumber: seputar-indonesia.com
Ribuan massa saat kembali usai menyerang Desa Balinuraga Kecamatan Waypanji Lampung Selatan, Lampung, Senin (29/10). Bentrok antar warga pada hari kedua ini berakhir setelah empat orang warga Balinuraga tewas ratusan rumah rusak dibakar oleh puluhan ribu massa dari Kecamatan Kalianda.
Ribuan massa saat kembali usai menyerang Desa Balinuraga Kecamatan Waypanji Lampung Selatan, Lampung, Senin (29/10). Bentrok antar warga pada hari kedua ini berakhir setelah empat orang warga Balinuraga tewas ratusan rumah rusak dibakar oleh puluhan ribu massa dari Kecamatan Kalianda. KALIANDA– Tragedi menyedihkan. Kalimat itulah yang pantas diungkapkan atas konflik antarwarga di Lampung. Sejak bentrokan berbau SARA pecah Minggu lalu (28/08), tercatat 14 warga dari kedua kubu menjadi korban dan 9 warga lain mengalami luka. Selain menimbulkan korban, konflik juga mengakibatkan 166 rumah warga di Desa Balinuraga dan Sidoreno serta 2 gedung sekolah ikut terbakar, 26 rumah mengalami rusak berat. Sebanyak 11 sepeda motorjugaikutdibakarmassa,lalu 1 mobil Isuzu Panther milik Dit Shabara Polda Lampung, 1 mobil Honda CRV dan Strada pun menjadi korban amuk massa. Laporan penambahan korban tewas diperoleh setelah polisi menyisir perladangan dan perkebunan yang berada di sekitar Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji,Lampung Selatan. Ke-10 korban yang ditemukan merupakan korban bentrok hari kedua dan kesemuanya merupakan warga Desa Balinuraga. Kepala Kepolisian Resor Lampung Selatan AKBP Tatar Nugroho menjelaskan, para korban masih dalam proses identifikasi di rumah sakit karena sebagian tubuh korban tidak utuh lagi akibat luka akibat tusukan benda tajam dan hantaman benda keras. Adapun empat korban lain adalah warga Kalianda yang tewas pada hari pertama bentrokan. Mereka diidentifikasi atas nama Yahya bin Abdulah, 45, warga Kelurahan Wayurang; Marhadan,35,warga Gunungterang; dan Alwin,35,warga Tajimalela. “Satu lagi, Solihin, 35, warga Kalianda yang tewas saat mendapatkan perawatan medis di RSU Abdul Moeloek Bandarlampung,” ujarTatar kemarin. Hingga kemarin, aparat keamanan dari TNI dan Polri masih menyisir sejumlah lokasi, terutama rumah, sawah, dan perladangan untuk mencari korban lain. Selain itu, aparat yang berasal dari Polda Lampung, Polda Banten,Polda Jawa Tengah,Polda Jawa Barat, dan Polda Metro Jaya juga masih bersiaga untuk mengantisipasi kemungkinan bentrok susulan. Jumlah total personel TNI dan Polri yang diturunkan untuk mengamankan bentrokan mencapai 3.400 orang. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Suhardi Alius menjelaskan, pascainsiden hari pertama, aparat kepolisian sudah menjaga lokasi tawuran. Akan tetapi, di lapangan massa tetap merangsek masuk lewat jalan-jalan tikus untuk menyerang salah satu pihak. “Maka terjadilah lagi tawuran. Sebetulnya, penjagaan sudah ketat dan aparat juga sudah cukup banyak.Tapi ada akses lain warga bisa masuk, tapi sekarang kita sudah jaga aksesakses itu agar tak terjadi lagi bentrok,” tutur Suhardi saat ditemui di Gedung MNC News Center,Jakarta,kemarin. Selain pengamanan ditingkatkan, ribuan warga Desa Balinuraga dan Sidoreno, Kecamatan Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan telah diungsikan ke Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bandarlampung.Jumlah pengungsi yang berdatangan sejak Senin malam hingga Selasa siang sudah mencapai 2.053 orang, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan wanita Pihak Pemerintah Provinsi Lampung sudah membentuk tiga tim siaga. Wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said menjelaskan, tim yang terdiri atas petugas kesehatan, penanggulangan bencana daerah, dan kepolisian bekerja di lokasi kejadian dan lokasi evakuasi korban kerusuhan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling untuk menangani masalah kesehatan dan sosial di wilayah tersebut.‘’Pemerintah menjamin keamanan dan segala kebutuhan sehari-hari korban kerusuhan selama dalam pengungsian,”jelasnya. Sementara itu Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta masyarakat asal Pulau Dewata yang tinggal di Desa Balinuraga, Lampung Selatan, mau dievakuasi sementara untuk menghindari adanya korban jiwa akibat bentrok.Menurut dia, permintaan evakuasi berdasarkan hasil komunikasi dengan Kapolda Lampung. “Saya diminta untuk membantu membujuk masyarakat kita di Balinuraga untuk mau dievakuasi,”katanya. krisiandi sacawisastra/ rahmat sahid/ rarasati syarief/ sudarsono/ayu rachmaningtyas/ant Sumber: seputar-indonesia.com
0 comments:
Post a Comment